Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

PAC IPNU IPPNU Karangawen Gelar Suluhing Manah Season 3: Mengupas Romantisme Pesantren, Hukum, dan Organisasi


Karangawen
, Jendela Pelajar

PAC IPNU IPPNU Karangawen kembali menggelar diskusi inspiratif dalam forum Suluhing Manah Season 3 dengan tema "Romantisme Pesantren, Hukum, dan Organisasi." Acara yang berlangsung pada Jumat malam ini diselenggarakan di rumah Rekan Rasya, dengan kehadiran sekitar 40 peserta dari berbagai ranting di Kecamatan Karangawen. (21/3/2025)

Diskusi ini menjadi kelanjutan dari dua sesi sebelumnya yang sukses digelar di Ranting Tlogorejo dan Bumirejo. Kali ini, Ranting Rejosari menjadi tuan rumah, menghadirkan suasana yang tak kalah semarak dan penuh antusiasme.

Ketua PAC IPNU Karangawen, Rekan Pramudya Cahya Rendra, dalam sambutannya menyampaikan rasa syukur atas terselenggaranya Suluhing Manah yang ketiga ini. "Alhamdulillah, malam ini kita dapat melaksanakan Suluhing Manah yang ketiga. Dua sesi sebelumnya telah terlaksana dengan lancar di Ranting Tlogorejo dan Bumirejo, kali ini Ranting Rejosari tak kalah semarak. Semoga kegiatan ini dapat memberikan manfaat bagi rekan dan rekanita semua," ujarnya penuh semangat.

Acara inti diisi dengan pemaparan materi oleh Rekan Eki Kurnia Rahman, seorang aktivis IPNU yang juga memiliki latar belakang sebagai santri, mahasiswa hukum, dan organisatoris. "Saya mengangkat tema ini karena tiga hal ini berkaitan erat dengan kehidupan saya pribadi. Dari mengenyam pendidikan di pesantren, kuliah di jurusan ilmu hukum, hingga aktif bergerak di berbagai organisasi," jelasnya.

Dalam pemaparannya, Rekan Eki membagi pembahasan ke dalam tiga subtema utama: Pertama Pesantren, Menekankan pentingnya sanad keilmuan sebagai rantai emas dalam transmisi ilmu Islam, Peran pesantren dalam membentuk karakter generasi bangsa dan Pesantren sebagai benteng Ahlussunnah wal Jama'ah (Aswaja) di tengah arus globalisasi.

Kedua Hukum, Menyoroti pentingnya kesadaran hukum dan politik di masyarakat dan Urgensi pemahaman hak dan kewajiban warga negara agar tidak mudah terpengaruh opini liar.

Ketiga Organisasi, Membahas ke-ideal-an organisasi dalam membentuk kepemimpinan yang visioner dan Peran organisasi sebagai wadah pembelajaran bagi generasi muda dalam menghadapi tantangan zaman. 

Sesi diskusi menjadi semakin menarik ketika peserta mulai aktif menyampaikan pertanyaan dan pendapat mereka. Salah satu peserta menyinggung fenomena feodalisme di pesantren, yang kerap menjadi sorotan di berbagai diskusi akademik dan media sosial.

Selain itu, isu terkini mengenai Rancangan Undang-Undang (RUU) TNI juga turut dibahas. Para peserta mencoba mengkaji dampak dan implikasinya terhadap kehidupan sosial dan demokrasi di Indonesia.

Rekan Eki pun menanggapi dengan harapan bahwa ruang diskusi semacam ini dapat terus hidup dan berkembang di kalangan pelajar. "Saya berharap diskusi seperti ini semakin hidup, khususnya di kalangan pelajar. Semakin kita terbiasa bertukar pikiran, semakin luas wawasan kita dalam menyikapi berbagai persoalan," pungkasnya.

Suluhing Manah Season 3 kembali membuktikan bahwa IPNU IPPNU bukan sekadar organisasi pelajar, tetapi juga ruang intelektual yang mencerdaskan. Dengan semangat diskusi dan keterbukaan pikiran, para pelajar di Karangawen semakin siap menghadapi tantangan zaman dengan bekal ilmu dan pemahaman yang lebih luas. (Msm/Red