Bulan Sya'ban Menyimpan 3 Peristiwa Penting bagi Umat Islam
JENDELA PELAJAR - Bulan Sya'ban memiliki tempat istimewa dalam kalender Islam. Bulan ini dikenal sebagai bulan Nabi Muhammad SAW, karena memiliki keutamaan dan peristiwa besar yang berdampak signifikan bagi umat Islam. Di tahun ini, umat Islam di Indonesia memasuki bulan Sya'ban 1446 H pada Jumat (31/1/2025). Penetapan ini berdasarkan pengumuman Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU) pada Rabu (29/1/2025), setelah hilal tidak terlihat sehingga bulan Rajab digenapkan menjadi 30 hari (istikmal).
Mengapa bulan Sya'ban begitu istimewa? Selain berada di antara dua bulan mulia, Rajab dan Ramadhan, Sya'ban menjadi saksi dari tiga peristiwa penting dalam sejarah Islam. Berikut penjelasannya:
1. Peralihan Kiblat dari Masjidil Aqsha ke Masjidil Haram
Salah satu peristiwa monumental di bulan Sya'ban adalah peralihan kiblat umat Islam dari Masjidil Aqsha di Palestina ke Masjidil Haram di Makkah. Perintah ini termaktub dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 144:
"Sungguh Kami melihat wajahmu kerap menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkanmu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram."
Peristiwa ini terjadi pada malam Selasa di bulan Sya’ban, bertepatan dengan malam Nisfu Sya’ban. Rasulullah SAW sangat menantikan peralihan ini karena berbagai alasan, seperti dijelaskan Imam Fakhruddin ar-Razi dalam Tafsir al-Kabir. Di antaranya adalah:
- Masjidil Aqsha merupakan kiblat kaum Yahudi, sedangkan Ka'bah adalah kiblat Nabi Ibrahim.
- Kiblat ke Ka'bah mampu menarik hati orang Arab untuk masuk Islam.
- Ka'bah di Makkah, kota kelahiran Nabi, memiliki nilai kemuliaan tersendiri.
Keputusan ini menjadi simbol penting dalam perjalanan keislaman, menguatkan identitas umat Muslim yang unik dan mandiri.
Peristiwa penting lainnya di bulan Sya'ban adalah penyerahan catatan amal umat manusia kepada Allah SWT secara penuh. Hal ini dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh An-Nasa’i, di mana Rasulullah SAW menyatakan bahwa beliau banyak berpuasa di bulan Sya'ban agar amalnya diserahkan kepada Allah dalam keadaan berpuasa.
Menurut Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki, selain di bulan Sya'ban, penyerahan amal juga terjadi setiap siang, malam, dan pekan. Namun, catatan amal yang langsung dilaporkan setiap hari adalah amal shalat lima waktu.
Tradisi memperbanyak ibadah di bulan Sya'ban ini menjadi momen refleksi bagi umat Islam untuk memperbaiki diri sebelum memasuki bulan Ramadhan.
3. Turunnya Ayat Perintah Shalawat untuk Nabi Muhammad SAW
Bulan Sya'ban juga dikenang sebagai bulan turunnya Surat Al-Ahzab ayat 56, yang berisi perintah bershalawat untuk Nabi Muhammad SAW:
"Sungguh Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya."
Menurut Ibnu Abi Shai Al-Yamani, ayat ini turun pada bulan Sya'ban tahun ke-2 Hijriah. Sejak saat itu, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak shalawat kepada Nabi sebagai wujud cinta dan penghormatan. Bahkan, Sya'ban dikenal sebagai “bulan shalawat,” seperti yang diungkapkan oleh Imam Syihabuddin Al-Qasthalani dan Ibnu Hajar Al-Asqalani.
Bulan untuk Meningkatkan Kualitas Ibadah
Ketiga peristiwa ini menjadi bukti bahwa bulan Sya'ban memiliki nilai spiritual yang sangat tinggi. Umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak ibadah, seperti puasa sunnah, bershalawat, berdoa, dan memperbaiki hubungan dengan sesama. Bulan ini juga menjadi persiapan rohani sebelum menyambut bulan Ramadhan yang penuh keberkahan.
Mari kita jadikan bulan Sya'ban sebagai momen untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, mengingat kembali sejarah Islam, dan mempersiapkan hati untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadhan.