Peringati Harlah NU ke-102 di Kotakan: Mengenang Sejarah NU
Kotakan, Jendela Pelajar
Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama (PRNU) dan badan otonom (Banom) NU Desa Kotakan, Kecamatan Karanganyar, menggelar peringatan Hari Lahir (Harlah) Nahdlatul Ulama (NU) ke-102 pada Rabu malam (29/01/2025). Acara yang berlangsung di serambi Masjid Desa Kotakan ini menjadi momentum penting untuk merefleksikan perjalanan panjang NU dalam menjaga tradisi Islam Ahlussunnah wal Jamaah di Indonesia.
Peringatan harlah ini dihadiri oleh jajaran PRNU serta seluruh badan otonom NU Desa Kotakan, termasuk Muslimat NU, Fatayat NU, Ansor, Banser, IPNU-IPPNU, dan beberapa tokoh masyarakat. Suasana khidmat terasa sejak awal acara dengan lantunan tahlil dan shalawat yang mengiringi pembacaan sejarah berdirinya NU.
Dalam sambutannya, Kyai Haji Khamdan Fuadi, S.Pd., M.Si, selaku Syuriah NU Desa Kotakan, mengajak para hadirin untuk kembali memahami akar sejarah Nahdlatul Ulama. Ia menjelaskan bahwa NU didirikan pada 16 Rajab 1344 H atau 31 Januari 1926 M, sebagai respons atas perkembangan Islam di dunia, khususnya di tanah Hijaz (Makkah dan Madinah) yang saat itu mengalami perubahan besar akibat pengaruh paham Wahabi.
“Sebelum berdirinya NU, para ulama terlebih dahulu membentuk Komite Hijaz, yang dipimpin oleh KH. Wahab Hasbullah. Komite ini bertujuan untuk bernegosiasi dengan Raja Najd, Ibnu Sa’ud, yang saat itu mulai menguasai Hijaz dan menerapkan aturan-aturan baru terkait ajaran Islam. Ada beberapa hal yang diperjuangkan, di antaranya kebebasan bermazhab dalam fiqih, pelestarian situs-situs sejarah Islam, kemudahan dalam pelaksanaan ibadah haji, serta pengaturan undang-undang bagi para jamaah yang berkunjung ke Arab Saudi,” jelasnya.
Delegasi yang dikirim ke Arab Saudi kala itu adalah KH. Raden Asnawi Kudus dan KH. Wahab Hasbullah. Dengan kegigihan dan strategi diplomasi para ulama, akhirnya permintaan tersebut dikabulkan oleh Raja Arab Saudi saat itu. Namun, untuk memastikan perjuangan ini tetap berlanjut, para ulama merasa perlu membentuk sebuah organisasi yang menjadi wadah perjuangan Islam Ahlussunnah wal Jamaah. Dari sinilah Nahdlatul Ulama lahir sebagai benteng akidah dan tradisi Islam yang moderat.
Di akhir sambutannya, KH. Khamdan Fuadi mengingatkan pentingnya menjaga eksistensi NU dengan terus belajar dan mengembangkan keilmuan Islam.
"Hidupkanlah organisasi, jangan hanya hidup di dalam organisasi. Mari kita bersama-sama menghidupkan NU dengan memperdalam ilmu agama dari berbagai sumber yang terpercaya. Agama tidak akan bisa berkembang tanpa adanya kajian-kajian ilmu. Oleh karena itu, di mana pun dan kapan pun, teruslah mencari ilmu sebagai bagian dari perjuangan kita di NU," pesan beliau.
Peringatan harlah ini kemudian ditutup dengan doa bersama serta tausiyah singkat yang semakin memperkuat semangat para hadirin dalam berkhidmat kepada NU. Momentum ini menjadi pengingat bahwa NU bukan sekadar organisasi, tetapi sebuah gerakan perjuangan yang lahir dari para ulama untuk menjaga dan membimbing umat Islam dalam koridor ajaran Ahlussunnah wal Jamaah. (Msm/Red)