Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Refleksi Hari Kesaktian Pancasila: Meneguhkan Spirit Nasionalisme di Era Modern


jendelapelajar.or.id - Ketua PAC IPPNU Mranggen, Hana Mufti Auliya, dalam sebuah pernyataan yang penuh makna, menyampaikan pesan reflektif mengenai pentingnya meneguhkan Pancasila sebagai falsafah pemersatu bangsa pasca tragedi kelam 30 September. Ia menekankan bahwa di tengah kegelapan sejarah yang pernah menyelimuti Indonesia, yaitu tragedi G30S/PKI, bangsa ini harus bangkit dan menguatkan kembali Pancasila sebagai pondasi yang melindungi negara dari ancaman ideologi yang berpotensi merusak persatuan dan keutuhan nasional.

Hana mengatakan, "Setelah gelapnya tragedi 30 September, Indonesia harus bangkit, meneguhkan kembali Pancasila sebagai falsafah yang mempersatukan bangsa dan melindungi dari ideologi yang mengancam keutuhan negara." Ucapan ini menggambarkan semangat yang tak pernah padam dalam menjaga Pancasila sebagai ideologi negara yang telah terbukti mampu menahan guncangan zaman dan berperan sebagai benteng penjaga keharmonisan bangsa Indonesia.

Sejarah kelam G30S/PKI yang terjadi pada tahun 1965 adalah sebuah episode hitam dalam perjalanan bangsa Indonesia, di mana perpecahan ideologi mengancam stabilitas negara. Saat itu, Pancasila berada dalam ancaman oleh kelompok yang hendak menggantikan falsafah bangsa dengan ideologi lain. Namun, dalam perlawanan tersebut, Pancasila menunjukkan kesaktiannya dengan tetap kokoh berdiri dan melindungi bangsa dari kehancuran.

Hana Mufti Auliya, dengan bijak, mengingatkan generasi muda untuk mengambil pelajaran dari sejarah ini. Baginya, Hari Kesaktian Pancasila bukan hanya perayaan simbolis, melainkan momentum bagi seluruh rakyat Indonesia, khususnya kaum muda, untuk merenungkan makna dari kesatuan dan persatuan. Di tengah gempuran ideologi asing dan modernisasi, Pancasila harus terus dijaga agar tetap menjadi pilar utama yang mengarahkan perjalanan bangsa.

Bagi Hana, meneguhkan Pancasila bukanlah tugas yang hanya diemban oleh para pemimpin atau elite politik, tetapi tanggung jawab seluruh elemen masyarakat. Kaum muda, yang sering disebut sebagai penerus bangsa, memiliki peran vital dalam menjaga dan menghidupi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai seperti gotong royong, musyawarah, keadilan sosial, dan kepercayaan terhadap Tuhan harus menjadi landasan dalam setiap langkah hidup, baik dalam lingkup kecil seperti keluarga maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Hana juga menyoroti bahwa di era globalisasi ini, tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia semakin kompleks. Selain ancaman fisik, Indonesia juga dihadapkan pada ancaman ideologis yang lebih halus, seperti radikalisme, individualisme, dan hedonisme yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Maka dari itu, penting bagi generasi muda untuk terus menguatkan pemahaman dan pengamalan Pancasila, agar tidak mudah terpengaruh oleh ideologi-ideologi yang merongrong kesatuan bangsa.

Melalui pernyataannya, Hana Mufti Auliya mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk menjadikan Hari Kesaktian Pancasila sebagai momen kebangkitan spiritual dan intelektual bangsa. Ini adalah waktu yang tepat untuk memperbaharui semangat nasionalisme, merapatkan barisan, dan memperkokoh persatuan di bawah naungan Pancasila. Ia meyakini bahwa dengan menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila, Indonesia akan mampu menghadapi berbagai tantangan di masa depan, baik dari dalam maupun luar negeri.

Hari Kesaktian Pancasila tidak hanya menjadi pengingat tentang pentingnya persatuan bangsa, tetapi juga sebagai ajakan untuk melindungi keutuhan Indonesia dari segala ancaman yang datang. Dengan memaknai kembali Pancasila, kita dapat membangun Indonesia yang lebih kuat, adil, dan makmur bagi seluruh rakyatnya. Selamat memaknai Hari Kesaktian Pancasila, sebagai wujud komitmen kita dalam menjaga persatuan, meneguhkan nilai-nilai luhur bangsa, dan memastikan bahwa Indonesia akan tetap berdiri kokoh di atas fondasi Pancasila.

Sumber: PAC IPNU IPPNU Mranggen
Editor: LPP PC IPNU Demak