Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Memahami Esensi Janji dan Cinta dalam Perspektif Gus Rifqil dan Ning Imaz


jendelapelajar.or.id - Dalam kehidupan, kata-kata memiliki kekuatan yang luar biasa. Mereka bisa membangun harapan, menyatukan hati, dan kadang kala, juga dapat menciptakan kekecewaan yang mendalam. Pernyataan Gus Rifqil dan Ning Imaz membawa kita pada pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana seorang lelaki sejati seharusnya bersikap dalam hubungan, baik dalam berjanji maupun menunjukkan cinta.

Gus Rifqil menegaskan bahwa “Lelaki sejati itu tidak obral janji, karena nanti kalo obral janji takutnya kalian justru termakan ekspektasi.” Pernyataan ini menyentuh inti dari integritas dan kejujuran dalam komunikasi. Janji bukanlah sekadar kata-kata manis yang diucapkan untuk membuat orang lain merasa nyaman atau bahagia sesaat. Janji adalah komitmen, sesuatu yang seharusnya dipegang teguh dan dipenuhi.

Dalam kehidupan modern, seringkali kita menemukan banyak orang yang dengan mudah memberikan janji. Namun, tidak sedikit dari mereka yang gagal menepati janji tersebut, yang kemudian berujung pada kekecewaan dan hilangnya kepercayaan. Gus Rifqil mengingatkan kita bahwa lelaki sejati memahami beratnya sebuah janji. Mereka memilih untuk berbicara seperlunya dan bertindak lebih banyak. Mereka tahu bahwa harapan yang dibangun dari janji-janji yang belum tentu bisa ditepati justru bisa menimbulkan luka.

Janji yang diobral tanpa keseriusan hanya akan menciptakan ekspektasi yang rapuh. Ketika ekspektasi ini tidak terpenuhi, perasaan kecewa dan tidak percaya akan tumbuh. Di sini, kejujuran menjadi sangat penting. Seorang lelaki sejati lebih baik diam dan bekerja keras untuk menunjukkan komitmennya daripada hanya menenangkan hati pasangannya dengan janji-janji kosong. 

Berbeda dengan Gus Rifqil yang membahas soal janji, Ning Imaz memberikan pandangannya tentang cinta. “Bahasa cinta laki-laki adalah upaya, bahasa cinta laki-laki adalah apa yang dia upayakan untuk kita, bukan apa yang dia katakan, bukan yang dia berikan itu bukan karena dia punya, kadang dia tidak punyapun dia berusaha memberikan itu untuk kita, itulah cinta,” ujarnya.

Di balik setiap tindakan, ada makna yang lebih dalam dari sekadar kata-kata. Ning Imaz mengajak kita untuk melihat cinta bukan hanya dari apa yang diucapkan atau diberikan, tetapi dari usaha yang dilakukan. Seorang lelaki yang benar-benar mencintai akan berupaya sekuat tenaga untuk membahagiakan pasangannya, meskipun kadang dia harus berkorban atau memberikan sesuatu yang mungkin tidak dia miliki.

Upaya ini adalah wujud dari cinta yang tulus dan penuh komitmen. Ketika seorang lelaki rela berjuang, bekerja keras, dan melakukan yang terbaik demi orang yang dia cintai, di situlah kita bisa melihat cinta yang sejati. Ini bukan tentang seberapa besar hadiah yang dia berikan, atau seberapa manis kata-kata yang dia ucapkan. Ini tentang bagaimana dia berusaha dengan tulus untuk membuat orang yang dicintainya merasa istimewa dan dihargai.

Ning Imaz juga menyinggung soal kepercayaan diri dan kesetiaan dalam hubungan. “Laki-laki insecure itu kadang butuh banyak perempuan untuk membuat dia merasa percaya diri, justru laki-laki yang betul-betul percaya diri akan cukup dengan satu perempuan.” Pernyataan ini membuka diskusi tentang pentingnya kepercayaan diri dalam menjaga kesetiaan.

Lelaki yang sejati tidak membutuhkan banyak pengakuan dari banyak perempuan untuk merasa dirinya berharga. Kepercayaan diri yang sejati datang dari dalam, dari pemahaman bahwa dia sudah cukup baik dan berharga dengan atau tanpa pujian dari banyak orang. Lelaki yang percaya diri tahu bahwa cukup dengan satu perempuan yang dia cintai dan mencintai dia, itu sudah lebih dari cukup untuk membuat hidupnya bermakna.

Sebaliknya, mereka yang kurang percaya diri cenderung mencari validasi dari banyak pihak. Mereka mungkin merasa perlu untuk mendekati banyak perempuan hanya untuk mendapatkan perhatian dan rasa diterima. Namun, ini adalah tanda ketidakstabilan emosi dan ketidakmatangan dalam berhubungan. Lelaki sejati memilih untuk berfokus pada satu hubungan yang bermakna, dimana dia bisa memberikan cintanya secara utuh dan sepenuh hati.

Pesan yang disampaikan oleh Gus Rifqil dan Ning Imaz adalah tentang kejujuran, usaha, dan kepercayaan diri dalam menjalani hubungan. Lelaki sejati bukanlah mereka yang pandai merangkai kata atau menjanjikan bulan dan bintang. Mereka adalah orang-orang yang bertindak dengan kesungguhan hati, yang menunjukkan cinta mereka melalui usaha, dan yang tetap setia meskipun godaan datang dari berbagai arah.

Dalam hubungan, tidak ada yang lebih indah dari cinta yang dibuktikan dengan tindakan nyata dan kesetiaan yang tulus. Ketika seorang lelaki memahami dan menjalankan nilai-nilai ini, dia bukan hanya akan menjadi pasangan yang baik, tetapi juga akan menjadi panutan dan inspirasi bagi orang-orang di sekitarnya.

Oleh: M. Syamsul Ma'arif